Fakta tentang dugaan pengikatan dan pemukulan santri di Lamongan

by -68 Views
Fakta tentang dugaan pengikatan dan pemukulan santri di Lamongan

Senin, 13 Mei 2024 – 20:20 WIB

Lamongan – Seorang santri berusia 13 tahun dengan inisial AKA yang belajar di Pondok Pesantren Matholi’ul Anwar, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, diduga menjadi korban penganiayaan oleh tiga temannya di pesantren tersebut. Tangan dan kaki korban disebut diikat, tubuhnya kemudian diangkat dan dibanting. Pihak pesantren membantah dan menyebut semua itu bermula dari guyonan antara korban dan tiga temannya.

Kasus ini mencuat setelah orang tua korban melaporkan kasus tersebut ke Kepolisian Resor Lamongan pada Kamis, 9 Mei 2024. Berdasarkan keterangan dari Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Lamongan, Ajun Komisaris Polisi I Made Suryadinata kepada wartawan, peristiwa dugaan penganiayaan itu terjadi pada Minggu, 5 Mei 2024, sekitar pukul 21.00 WIB.

Suryadinata menjelaskan bahwa korban dan teman-temannya sedang mengobrol di dalam kamar. Korban tidur-tiduran dengan posisi miring ke kiri. Tiba-tiba, teman-teman korban mengikat kaki korban dengan tali Pramuka. “Korban diikat oleh tiga temannya,” ujarnya. Tidak hanya kaki, tangan korban juga diikat dengan tali berwarna biru. Kemudian, tubuh korban diangkat setinggi bahu dan kemudian dilepas sehingga korban jatuh tak sadarkan diri.

Pihak Pondok Pesantren Matholi’ul Anwar akhirnya buka suara. Pengurus pesantren tersebut, Abdulloh Faqih, menjelaskan bahwa peristiwa itu terjadi setelah para santri, termasuk korban dan tiga temannya, selesai mengikuti kegiatan hafalan Alquran di lantai 4 salah satu gedung pesantren tersebut. Setelah kegiatan selesai, korban dan tiga temannya bercanda di kamar dekat lokasi kegiatan. Faqih membantah narasi ‘dibanting’ dan menyatakan bahwa kejadian itu hanya bermula dari guyonan.

Setelah kejadian, korban sadar dan dapat berjalan meskipun terlihat lemas. Pihak klinik menyatakan bahwa kondisi korban tidak mengkhawatirkan setelah diperiksa. Orang tua korban kemudian dipanggil untuk mendengarkan langsung peristiwa tersebut.