LIEUTENANT GENERAL TNI (RET.) YOGIE SUARDI MEMET

by -53 Views
LIEUTENANT GENERAL TNI (RET.) YOGIE SUARDI MEMET

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I: Pemimpin Teladan Tentara Nasional Indonesia]

Pak Yogie memang seperti kebanyakan generasi ’45. Wajahnya penuh simpati. Matanya tajam dan sikapnya sangat percaya diri. Dia sangat disiplin dan sangat berpengetahuan. Dia bisa lancar berbicara dalam berbagai bahasa asing, dan tentu saja, dia sangat patriotik.
Nilai utama yang saya pelajari dari generasi ’45 adalah cinta tanah air yang tanpa syarat. Mereka juga penuh keyakinan karena berhasil mengusir penjajah.
Pada pertemuan pertama saya dengannya, saya terkesan bahwa dia mengingatkan saya, atau memperingatkan saya, untuk selalu menghormati kedua orang tua saya. Dia saleh dan rajin ke masjidnya. Ia adalah orang pertama yang aktif membatasi beberapa perilaku yang tidak terkendali di Korps Baret Merah.

Saya mengenal Pak Yogie Suardi Memet ketika saya lulus dari pelatihan komando di Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus (PUSDIKLATPASSUS), Batujajar. Saat itu saya masih Letnan Dua. Setelah lulus, saya melapor ke Komandan KOPASSANDHA saat itu, Brigadir Jenderal Yogie Suardi Memet.
Meskipun posturnya tidak terlalu tinggi, penampilannya sangat menarik. Dia sangat rapi, dengan rambut pendek, kumis yang rapi, dan seragam yang pas. Tidak ada lemak sedikit pun terlihat. Dia suka menggulung lengan baju untuk menunjukkan otot bicep dan tricep-nya yang besar. Dia tegas namun simpatik.
Dia adalah contoh generasi ’45, penuh keyakinan setelah berhasil mengalahkan penjajah asing dan menunjukkan cinta tanah air yang kuat dan tanpa syarat. Seorang patriot. Dia juga sangat disiplin dan berpengetahuan, menguasai berbagai bahasa asing.
Ketika pertama kali bertemu dengannya, saya terkesan bahwa dia mengingatkan saya, atau lebih tepatnya memperingatkan saya, untuk selalu menghormati kedua orang tua saya.
Dia sangat religius dan rajin ke masjidnya. Dialah yang mulai memberantas ‘kebiasaan buruk’ di antara Korps Baret Merah.

Pada saat itu, budaya minum-minum sangat merajalela di Korps. Ada ‘harapan’ bahwa prajurit yang mahir dalam pertempuran juga harus pandai minum alkohol dan menjadi ahli dalam ‘kenakalan’ lainnya.
Yang menarik, jika dia menggunakan mobil dinas, dia tidak akan membiarkan istrinya duduk di depan, bahkan jika tempat duduk kosong. Saat itu, mobil dinas Komandan KOPASSANDHA adalah Toyota Land Cruiser dengan atap kanvas. Bagi dia, mobil dinas adalah milik para komandan, bukan istri mereka. Inilah contoh yang menjelaskan generasi ’45.

Pak Yogie S. Memet adalah mantan Komandan Batalyon 330 Kujang I Siliwangi. Satuannya menangkap Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan dalam operasi pemberantasan DI/TII di bawah komando Kolonel Infanteri Andi Muhammad Yusuf, Komandan Komando Teritorial XIV/Hasanuddin.
Dia bukan lulusan Akademi Militer. Ketika Indonesia baru saja memproklamasikan kemerdekaannya, negara ini belum memiliki akademi militer. Hanya ada program pelatihan perwira angkatan darat yang disebut P3AD di Bandung. Itulah tempat dia lulus. Selain Yogie S. Memet, alumni terkenal P3AD lainnya antara lain Jenderal L.B. Moerdani dan Letnan Jenderal Dading Kalbuadi.

Source link