Demokrasi Tanpa Peluru: Serangan Siber Jadi Ancaman Utama

by -178 Views

Transformasi ancaman terhadap stabilitas negara di dunia digital saat ini terasa semakin signifikan. Bukan lagi kekuatan militer atau invasi bersenjata yang menjadi perhatian utama, melainkan ancaman-ancaman halus yang bersembunyi di balik layar komputer, hadir melalui serangan siber dan manipulasi informasi di ruang maya.

Ruang siber kini menjadi medan pertempuran strategi baru, di mana opini publik dapat dibelokkan, tatanan demokrasi diganggu, serta kredibilitas lembaga negara diuji tanpa suara tembakan atau gerakan tentara. Ketangguhan bangsa pun diuji di ruang maya, yang semakin hari semakin rawan sebagai arena propaganda dan pengaruh asing.

Contoh konkret datang dari benua Eropa, persisnya di Romania pada pemilu 2024. Tak banyak yang memprediksi kemunculan Calin Georgescu sebagai pemain kunci dalam kontestasi presiden. Namun dengan cepat, ia berhasil menghimpun dukungan lewat kampanye digital berskala masif. Bukan atribut konvensional yang menjadi andalan melainkan jaringan informasi digital yang terkelola rapi.

Menjelang pemilihan, lonjakan ribuan akun anonim dan bot tiba-tiba marak di platform seperti TikTok, Facebook, dan Telegram. Wacana identitas kebangsaan, sentimen terhadap agama, serta sikap anti-Barat dipolitisasi, lalu diperdalam oleh kanal berita luar negeri seperti RT dan Sputnik.

Namun kenyataannya, serangan informasi ini tidak sepenuhnya dikendalikan aktor asing. Penelusuran berbagai pihak menunjukkan kolaborasi erat antara produsen konten dalam negeri dan kekuatan di luar negeri. Peranan influencer maupun biro periklanan dari London turut menjadi bagian, membuktikan betapa sulit memetakan siapa dalang sesungguhnya di balik operasi ini.

Broto Wardoyo, selaku akademisi dan Ketua Departemen Hubungan Internasional Universitas Indonesia, mengingatkan bahwa ancaman di ruang siber tidak mengenal batas nasional. Menurutnya, kerja sama antara pelaku dalam negeri dan luar negeri kerap terjadi sehingga garis tegas antara bahaya eksternal dan internal menjadi nyaris tidak kasatmata.

“Fakta empiris menunjukkan, gangguan siber dari luar sering kali melibatkan elemen domestik,” jelas Broto pada hari Selasa (23/9/2025). Ia menekankan pentingnya pelajaran dari kasus Romania bagi iklim politik negara demokrasi lain.

Pengalaman tersebut menegaskan bahwa pergeseran opini masyarakat, delegitimasi hasil pemilu, dan polarisasi di tengah masyarakat dapat diinisiasi tanpa kehadiran tentara asing, melainkan cukup dengan rekayasa informasi maya saja. Negara demokrasi seperti Indonesia perlu waspada, terlebih pengguna internet tanah air menempati posisi terbesar di kawasan Asia.

Di Indonesia, pemanfaatan media sosial dan teknologi digital telah menjadi bagian tak terpisahkan dari proses politik. Polarisasi masyarakat dengan narasi-narasi tajam sudah terjadi sejak beberapa tahun ke belakang. Situasi tersebut menjadi semakin riskan apabila aktor luar negeri menunggangi jaringan influencer lokal dan bot otomatis untuk mendongkrak isu tertentu.

Operasi semacam itu membuat publik mudah terpecah dan semakin sulit membedakan mana konten asli lokal, mana hasil rekayasa pihak eksternal. Dengan adanya kolaborasi antara bot, influencer, hingga agensi kreatif asing, batas antara isu domestik dan agenda luar negeri kian mengabur.

Karena itu, kisah yang berlangsung di Romania sepatutnya menjadi alarm bagi Indonesia. Negara dengan sistem demokrasi mapan saja bisa terjebak dalam pusaran manipulasi digital, apalagi Indonesia yang sedang meningkatkan ketahanan sibernya.

Penting bagi masyarakat Indonesia untuk meningkatkan literasi digital. Kesadaran kolektif agar tak terpancing ujaran dan narasi manipulatif harus dibina di semua lapisan masyarakat. Semua ini bertujuan agar bangsa Indonesia memiliki benteng pertahanan siber yang kokoh, sekaligus mampu menangkal pengaruh jahat yang ingin memecah belah bangsa melalui ruang digital.

Sumber: Ancaman Siber Global Dan Ketahanan Siber Indonesia: Belajar Dari Kasus Pemilu Romania
Sumber: Ancaman Siber Global: Pelajaran Dari Kasus Pemilu Romania Bagi Ketahanan Siber Indonesia