Potensi Awal Puasa Berbeda, Harapan Lebaran Tetap Sama

by -14 Views

Menjelang awal puasa tahun 2025, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah, Cholil Nafis menyampaikan bahwa terdapat potensi perbedaan awal puasa antara NU dan Muhammadiyah. Melalui cuitan di media sosial pribadinya, Cholil Nafis menjelaskan bahwa berdasarkan kriteria MABIM, kemungkinan perbedaan ini bisa terjadi. Terutama dalam konteks imkanur rukyat di Indonesia, di mana Aceh memiliki kemungkinan yang lebih tinggi dibanding Jawa Timur dan wilayah timur lainnya.

Menurut Cholil Nafis, kondisi imkanur rukyat saat ini belum memungkinkan untuk melihat bulan dengan jelas. Tinggi hilal di Jakarta pada 28 Februari 2025 sudah terlihat sebesar 4 derajat, namun kriteria MABIMS membutuhkan tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4. Hal ini menunjukkan potensi perbedaan dalam penetapan awal puasa.

Cholil juga memaparkan bahwa jika tidak ada hasil rukyah yang sah di Aceh, maka pemerintah bisa memilih untuk mengikuti istikmal Sya’ban. Hal ini memungkinkan penetapan awal puasa tetap dilaksanakan pada Sabtu, baik dengan hasil rukyah yang memadai atau tidak. Sementara di Australia, Grand Mufti Australia, Dr. Ibrahim Abu Mohamad, menetapkan awal Ramadan 1446 H jatuh pada hari Sabtu, 1 Maret 2025. Ini menjadi salah satu contoh perbedaan penetapan awal puasa berdasarkan kondisi geografis dan hasil rukyah yang berlaku di masing-masing wilayah.

Source link