Ketegangan geopolitik global dan potensi perang dunia mengancam stabilitas ekonomi Indonesia, termasuk di Sulawesi Selatan (Sulsel). Salah satu sektor strategis di provinsi ini adalah pertanian, yang dianggap penting untuk dipertahankan guna menjaga ketahanan ekonomi lokal. Bank Indonesia (BI) Sulsel menyoroti kontribusi sektor pertanian sebesar 21 persen terhadap PDRB daerah, menegaskan pentingnya program Mandiri Benih sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas benih tanaman penting seperti padi, cabai, dan bawang. Program tersebut diharapkan mampu mendongkrak produktivitas pertanian dengan memperbaiki mutu benih dan memperkuat infrastruktur irigasi. Lebih lanjut, BI mendorong hilirisasi di sektor pertanian dengan menambah nilai tambah pada hasil produksi seperti rumput laut dan bawang. Dampak konflik global terutama terkait ekspor Sulsel, seperti nikel yang diekspor ke China, juga menjadi perhatian BI Sulsel, mengingat potensi gangguan distribusi global, khususnya pada komoditas minyak. Perlambatan ekonomi domestik dan regional ikut memberikan hambatan bagi pencapaian target pertumbuhan ekonomi nasional yang ambisius. Harapan BI Sulsel adalah agar konflik global segera mereda untuk menjaga stabilitas ekonomi di daerah-daerah seperti Sulsel yang sangat bergantung pada sektor pertanian dan ekspor komoditas.
Dampak Perang Dunia: Sulsel Menguatkan Pertanian dan Hilirisasi
