Industri tekstil di Indonesia, terutama PT Sritex, menghadapi tantangan yang serius. Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Gerindra, Bambang Haryo Soekartono, menyoroti perlunya kerjasama antara Pemerintah dan DPR-RI Komisi VII untuk mengidentifikasi akar permasalahan yang tengah dihadapi. Menurut Bambang Haryo, masyarakat kini lebih cenderung memprioritaskan kebutuhan sandang yang dianggap bukan lagi kebutuhan pokok. Kondisi ini telah menyebabkan penurunan daya beli masyarakat terhadap produk sandang baik lokal maupun impor. Dampak dari penurunan ini juga terlihat pada penjualan barang impor yang mengalami penurunan tajam, bahkan hingga keberadaan gerai di berbagai mall yang harus tutup.
Menjelang tahun 2010 hingga 2014, industri sandang di Indonesia masih berkembang pesat dengan tingginya daya beli masyarakat. Namun, kondisi saat ini jauh berbeda dengan penjualan industri sandang yang mengalami penurunan drastis. Penyebab utamanya bukan hanya karena industri tekstil impor, tapi juga karena penurunan daya beli masyarakat akibat kenaikan harga kebutuhan pokok lainnya. Untuk mendukung pertumbuhan industri sandang dalam negeri, Bambang Haryo menekankan pentingnya inovasi dalam mendapatkan bahan baku lokal. Hal ini akan memperkuat produksi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor, terutama dari Cina.
Untuk segmentasi industri tekstil dalam negeri, perlu ada langkah-langkah konkret untuk mengembalikan daya beli masyarakat guna mendukung pertumbuhan industri sandang. Mengurangi harga kebutuhan pokok seperti pangan dan energi serta penyediaan layanan air bersih yang lebih terjangkau menjadi kunci penting dalam mendukung industri tekstil. Pemerintah juga diharapkan dapat mengurangi beban biaya kesehatan dan pendidikan sehingga masyarakat memiliki dana lebih untuk belanja dan menabung. Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan industri tekstil dalam negeri dapat pulih dan kembali tumbuh pesat sesuai harapan.





